...

Sistem distribusi obat di rumah sakit memegang peran yang sangat krusial, yakni memastikan pasien mendapatkan obat tepat waktu dan sesuai kebutuhan. Di negara kepulauan seperti Indonesia yang sangat beragam faktor geografisnya, pendistribusian obat menjadi lebih sulit.

Untuk mengatasi persoalan ini, sistem distribusi yang efektif dan efisien menjadi suatu keharusan, bukan pilihan. Pasalnya, distribusi obat juga merupakan bagian integral dari langkah manajemen obat untuk memastikan ketersediaan obat yang aman, tepat, dan terjangkau bagi setiap pasien. Pemahaman tentang metode manajemen stok seperti FIFO, LIFO, dan FEFO juga penting dalam menjaga pengelolaan distribusi yang efektif di rumah sakit.

Apa Itu Sistem Distribusi Obat di Rumah Sakit?

Sistem pendistribusian obat di rumah sakit adalah serangkaian jaringan yang terdiri dari sarana, personel, prosedur, dan jaminan mutu. Semua elemen tersebut bekerja secara terpadu dan berorientasi pada pasien. 

Tujuannya adalah memastikan obat beserta informasi terkaitnya dapat disampaikan kepada pasien dengan tepat. Sistem ini mencakup pengiriman obat yang sebelumnya sudah melalui proses dispensing di Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) ke area perawatan pasien.

Dasar Hukum Sistem Distribusi Obat

Berikut adalah beberapa dasar hukum yang menjadi pedoman dalam sistem distribusi obat di Indonesia:

  • UU. No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Undang-undang ini menekankan bahwa setiap warga negara berhak atas pelayanan kesehatan yang berkualitas, termasuk akses obat-obatan.
  • Peraturan menteri kesehatan No 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
  • PP. No. 72 Tahun 1998, tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan.
  • SK.MENKES. tentang Kebijakan Obat Nasional (KONAS) menyoroti ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat.
  • Dirjen Bina Farmasi dan Alkes Depkes RI Tahun 2008 tentang Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit.

Jenis Sistem Distribusi Obat di Rumah Sakit untuk Pasien Rawat Inap

Terdapat 5 sistem berbeda yang digunakan dalam sistem pendistribusian obat di rumah sakit, yaitu:

1. Sistem Distribusi Obat Resep Individu Sentralisasi 

Ini adalah metode pendistribusian obat di mana dokter menulis resep obat untuk setiap pasien secara individual. Pasien kemudian memperoleh obat yang diresepkan dari apotek rumah sakit atau toko medis lain dengan membayar biaya sendiri. Sistem ini sering digunakan oleh rumah sakit kecil atau swasta.

Keuntungan:

  • Semua pesanan obat ditinjau langsung oleh apoteker, sehingga meminimalkan risiko kesalahan.
  • Memungkinkan interaksi langsung antara apoteker, dokter, perawat, dan pasien.
  • Kontrol inventaris yang lebih jelas dan terorganisir.

Kekurangan:

  • Ada risiko kesalahan karena tulisan dokter yang sulit dibaca.
  • Dokter bisa meresepkan obat yang lebih mahal atau lebih ekonomis, tergantung kondisi dan pertimbangannya.

2. Sistem Distribusi Obat Persediaan Lengkap di Ruang (Floor Stock)

Selanjutnya, ada floor stock system, yaitu metode penyimpanan obat-obatan di ruang perawatan atau persediaan farmasi yang dapat diakses langsung dari toko obat. Sistem ini terdiri dari dua jenis distribusi obat, di antaranya sistem charged floor stock dan non-charge floor stock.

Pada charge floor stock, pasien dikenakan biaya untuk setiap resep obat yang diberikan kepadanya. Pertama, apoteker mengisi amplop yang telah diberi label dengan obat-obatan yang dibutuhkan dan memberikannya ke ruang perawatan. 

Perawat yang menerima amplop kemudian menuliskan nama dan nomor kamar pasien pada amplop tersebut untuk dikirim ke apotek. Baru setelahnya, biayanya dihitung dan diteruskan ke bagian penagihan di kantor akuntansi.

Sementara itu pada non-charge floor stock, obat-obatan yang disimpan di ruang perawatan bisa digunakan oleh semua pasien, tidak ada biaya langsung yang dibebankan.

Bagaimana Cara Rumah Sakit Mengelola Floor Stock?

Agar sistem ini berjalan dengan baik, rumah sakit perlu menerapkan beberapa langkah penting:

  • Pemilihan Obat yang Tepat – Hanya obat-obatan yang sering digunakan dan memiliki risiko minimal yang boleh disimpan sebagai floor stock.
  • Pencatatan yang Ketat – Semua pengambilan obat harus dicatat dengan detail untuk menghindari penyalahgunaan.
  • Pemeriksaan Stok Secara Berkala – Farmasi rumah sakit harus rutin mengecek jumlah dan tanggal kadaluarsa obat.
  • Pelatihan bagi Perawat dan Tenaga Medis – Memastikan semua tenaga medis memahami prosedur penggunaan floor stock agar lebih aman dan efisien.

3. Sistem Distribusi Obat Kombinasi Resep Individu dan Persediaan di Ruang

Sistem pendistribusian obat ini biasanya digunakan oleh sebagian RS nirlaba, baik itu milik pemerintah maupun swasta, yang dasar operasinya tidak mencari untung maupun rugi. Ada dua ciri utama sistem pendistribusian ini, yaitu

  • Resep individu atau sistem pengobatan digunakan sebagai sarana utama. 
  • Kebutuhan obat atau barang bedah diberikan kepada pasien yang membeli dan menitipkannya di bangsal atau ruangan rumah sakit di bawah pengawasan perawat terdaftar.

4. Sistem Distribusi Obat Dosis Unit (UDDS)

Sistem distribusi obat di rumah sakit ini menggunakan unit dose system alias sistem dosis unit. Artinya, obat-obatan dikemas dalam paket unit tunggal, seperti satu tablet atau kapsul, yang siap digunakan oleh pasien dengan persediaan yang biasanya tidak lebih dari 24 jam.

Keuntungannya kontrol keuangan yang lebih baik, karena obat dibebankan sesuai dengan dosis yang diberikan serta tidak memerlukan banyak ruang penyimpanan.

5. Sistem Distribusi Obat Desentralisasi

Desentralisasi merupakan sistem pendistribusian sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang mempunyai cabang di dekat unit perawatan/pelayanan. Pada bagian ini dikenal juga dengan istilah depo farmasi, contohnya di lantai IGD disediakan depo farmasi IGD, begitu juga di lantai bedah, rawat inap, dll.

Pada desentralisasi, penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi ruangan tidak lagi dilayani oleh pusat pelayanan farmasi, melainkan dilakukan oleh depo farmasi di masing-masing lantai (biasanya menggunakan gerobak obat). 

Penuhi Kebutuhan Stok Obat bersama Mandira Distra

Kesimpulannya, sistem distribusi obat di rumah sakit adalah langkah krusial dalam memastikan manajemen obat yang efektif dan efisien. Selain itu, pemahaman yang baik tentang alur pengadaan obat di rumah sakit sangat diperlukan agar sistem distribusi berjalan lancar. Dengan demikian, rumah sakit dapat memastikan ketersediaan stok obat-obatan yang tepat waktu dan sesuai kebutuhan pasien.

Untuk urusan pemenuhan stok obat-obat dan produk farmasi, percayakan kepada Mandira Distra. Produk kami dijamin berkualitas karena telah bersertifikat CDOB dan lulus BPOM. Dapatkan informasi lengkapnya di website utama Mandira dan cari tahu lebih lanjut seputar produk obat-obatan kami di Halaman Prinsipal.

Jika ada pertanyaan, jangan ragu untuk kontak kami langsung. Dapatkan juga berbagai tips kesehatan menarik dan bermanfaat di sini.