Self medication atau pengobatan mandiri memang menjadi alternatif ketika terjangkit suatu penyakit, contoh paling sederhana adalah mengobati flu dan pilek ringan. Cara tradisional, seperti kerokan terkadang juga masih cukup populer digunakan.
Namun, ada juga yang mengonsumsi suplemen dan obat-obatan yang pernah diresepkan dokter sebelumnya. Pengalaman berhasil sembuh menjadi pendorong masyarakat Indonesia memilih melakukan pengobatan mandiri terlebih dahulu. Namun, banyak dari mereka yang belum begitu mengetahui dan memahami cara menghitung dosis obat dengan tepat.
Baca Juga: Apa Itu Obat Generik Berlogo? Berikut Penjelasannya
Apa itu Takaran Dosis?
Takaran dosis adalah jumlah obat yang diberikan kepada pasien dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai efek terapi yang diinginkan. Takaran ini berbeda untuk setiap individu.
Dalam praktek klinis biasanya mertimbangkan beberapa faktor ketika menentukan takaran dosis, termasuk:
- Berat badan pasien
- Usia
- Jenis kelamin
- Kondisi kesehatan umum
- Fungsi ginjal dan hati
- Interaksi dengan obat lain yang dikonsumsi
Takaran dosis biasanya dinyatakan dalam satuan berat (misalnya miligram atau gram) atau volume (misalnya milliliter) per berat badan (kg) atau per luas permukaan tubuh (m²).
Contoh: Untuk obat paracetamol, takaran dosis umumnya adalah 10-15 mg/kg berat badan, diberikan setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan.
Apa yang Dimaksud dengan Tepat Dosis?
Tepat dosis mengacu pada pemberian obat dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dengan cara yang tepat. Ini adalah salah satu prinsip utama dalam pemberian obat yang aman dan efektif. Ketepatan dosis sangat krusial untuk:
- Memastikan efektivitas pengobatan
- Menghindari efek samping yang tidak diinginkan
- Mencegah resistensi obat (terutama untuk antibiotik)
- Mengoptimalkan hasil pengobatan
Ketepatan dosis melibatkan beberapa aspek:
- Dosis yang tepat: Jumlah obat yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien.
- Waktu yang tepat: Pemberian obat pada interval yang benar.
- Rute yang tepat: Cara pemberian obat yang sesuai (oral, intravena, dll).
- Pasien yang tepat: Memastikan obat diberikan kepada pasien yang benar.
Beberapa Cara Menghitung Dosis Obat agar Tidak Overdosis
Pihak yang tepat untuk mentipshitung sebuah dosis adalah petugas medis, seperti dokter dan perawat. Mereka dibekali pengetahuan tentang cara penggunaan obat yang baik dan kondisi detail pasiennya. Namun, untuk membantu proses penyembuhan dengan cepat dan pengetahuan tentang obat yang konsumsi, berikut ini beberapa cara menghitung dosis obat yang wajib Anda tahu.
1. Menggunakan Patokan Resep dan Jumlah Obatnya
Terkadang sebuah pil atau tablet diproduksi berdasarkan takaran tertentu, seperti satu tablet memiliki berat sebesar 150 mg, 200 mg, 40 mg, dan lain sebagainya. Sementara itu, kebutuhan pasien bisa jadi kurang atau lebih dari itu. Untuk kondisi demikian, Anda bisa melakukan perhitungan dosis menggunakan rumus berikut: (jumlah yang dianjurkan) / (kandungan obatnya).
Contohnya, kebutuhan Anda hanya 40 mg dan obatnya memiliki kandungan sebesar 120 mg. Untuk mengetahui dosisnya, perhitungannya berarti begini: 40/120 = 0,3. Sehingga konsumsi obatnya hanya sebanyak 0,3 tablet saja. Bergantung kebutuhan hariannya, bisa dikonsumsi sekali sehari atau sampai dengan 3 kali sehari.
2. Perhitungan Berdasarkan Berat Badan Pasien
Berat badan bisa juga dijadikan patokan untuk menghitung dosisnya. Terkadang, kebutuhan obat juga bergantung pada jenis kelamin, usia, maupun berat badan. Karenanya, berat badan yang berbeda memiliki kebutuhan dosisnya juga berbeda. Untuk menghitungnya, sebenarnya cukup sederhana.
Pertama, tinggal melihat anjuran penggunaannya kemudian mengalikannya dengan berat badan orang yang akan mengkonsumsinya. Contohnya, anjuran dokter konsumsinya sebesar 4mg/kg, sedangkan beratnya sebesar 60 kg. Besar konsumsinya adalah 4 mg/kg x 60 kg maka kebutuhan dosisnya adalah sebesar 240 mg.
3. Menghitung Obat yang Dilarutkan
Beda jenis obatnya tentu memiliki cara untuk menghitung dosisnya. Salah satu jenis obat yang tidak kalah sering dikonsumsi adalah sirup. Nyatanya, obat sirup juga memiliki cara sendiri untuk menghitung dosisinya. Sebenarnya, hal ini tidak jauh berbeda dengan rumus-rumus sebelumnya, yaitu ((jumlah dosis yang dianjurkan dokter) / (ketersediaan obatnya)) x (jumlah pelarutnya).
Ilustrasinya begini, seorang pasien membutuhkan sirup dengan takaran 300 mg, sedangkan obatnya tersedia sebesar 600 mg dalam 5 ml. Cara menghitung dosisnya begini: (300/600) x 5 ml, hasilnya adalah 2,5 ml. Ketika mengonsumsinya harus sebanyak 2.5 ml saja setiap harinya, tidak boleh lebih maupun kurang. Apabila lebih berpotensi terkena overdosis akibat kelebihan obatnya.
4. Dosis untuk Obat Serbuk
Menghitung serbuk sebenarnya tidak jauh berbeda ketika menghitung sirup karena keduanya mengandung pelarut. Namun, serbuk sedikit lebih fleksibel karena biasanya sudah dikemas sesuai dengan anjuran dokter. Contohnya, apabila 160 mg, sudah dikemas 160 mg.
Tantangannya adalah tinggal menambahkan pelarutnya saja. Apabila terlalu kental akan menimbulkan rasa tidak nyaman ketika ditelan, seperti terlalu pahit atau asam. Sebaliknya, terlalu banyak pelarut juga kurang baik ketika dikonsumsi.
Self medication memiliki beberapa tantangan selain memilih obatnya juga harus menentukan takarannya. Kelebihan takaran berpotensi overdosis, sedangkan kekurangan dosis cenderung tidak manjur, sehingga cara menghitung dosis obat menjadi hal yang wajib yang harus kita ketahui bersama.
Baca Juga: Tips Memilih Supplier Vitamin untuk Bisnis Apotek
Baca lebih banyak tentang tips kesehatan dan obat-obatan di sini. Daftar obat yang kami distribusikan berdasarkan perusahaan produksi obat mitra kami dapat Anda temukan di halaman prinsipal kami. Jika Anda adalah pabrik obat maupun retail obat yang membutuhkan kerjasama dan informasi lebih tentang Mandira sebagai distributor farmasi, dapat menghubungi kami di sini.