Efek samping obat atau Adverse Drug Reaction (ADR) bukanlah sebuah kegagalan produksi sebuah obat. Itu hanyalah respon yang terjadi ketika seseorang kurang cocok dengan obat tersebut.
Jadi, efek ini adalah proses farmakologis yang harus dipelajari, diantisipasi, bahkan dikelola oleh industri farmasi dengan sangat baik.
Bukan hanya itu, mempelajarinya juga berguna untuk hindari efek samping dari obat pada pasien ke depannya. Dalam artikel ini, Anda bisa ketahui berbagai hal tentang efek samping dari obat, mulai dari klasifikasi hingga profil keamanan dan resikonya.
Apa Itu Efek Samping Obat?
Efek Samping Obat (ESO) sering kali menjadi hal yang diabaikan atau tidak dianggap serius oleh banyak orang. Padahal, efek samping obat bisa muncul dengan berbagai kondisi yang tidak terduga, sering kali mengganggu kesehatan penggunanya.
Banyak orang hanya fokus pada manfaat utama obat tanpa mempertimbangkan dampak dari efek sampingannya yang mungkin muncul setelah konsumsi. ESO bisa muncul dengan berbagai tingkat keparahan, mulai dari yang ringan seperti pusing hingga yang lebih serius.
Kondisi ini terjadi karena tubuh masing-masing individu bereaksi berbeda terhadap obat-obatan yang dikonsumsi. Oleh karena itu, penting untuk memahami lebih dalam tentang ESO, agar kita lebih waspada dan bisa mengelola penggunaan obat dengan bijak.
Mengapa Efek Samping Bisa Terjadi?
Ketika memahami kondisi ESO, pertanyaan seperti mengapa efek samping dapat terjadi pun muncul. Ada beberapa kondisi atau faktor ESO dapat terjadi pada seseorang, yaitu:
Faktor Penyebab Efek Samping
Kondisi ESO setiap orang pasti berbeda-beda dan disebabkan oleh faktor yang berbeda pula. Beberapa faktor penyebab kondisi ESO adalah sebagai berikut:
-
-
- Konsumsi obat dalam jumlah banyak
- Penyakit yang diidap
- Ras dan genetik
- Jenis kelamin
- Usia pengonsumsi obat
- Penggunaan obat yang dikonsumsi bersamaan
-
Jenis-jenis Efek Samping Obat
Karena kondisi ESO dapat bereaksi ringan hingga berat, maka Anda perlu mengetahui jenis-jenis efek samping konsumsi obat. Ada dua jenis kondisi ESO yang harus diwaspadai, yaitu:
1. Efek Samping Ringan
Kondisi ESO ringan yang dapat dialami oleh seseorang adalah munculnya sakit kepala, mual dan nyeri otot. Pada kondisi awal ini, sebaiknya Anda harus waspada dan segera menghentikan konsumsi obat dan pergi berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.
2. Efek Samping Serius yang Perlu Diwaspadai
Kerusakan organ tubuh, seperti hati, ginjal, atau paru-paru, serta munculnya reaksi alergi yang parah, merupakan kondisi Efek Samping Obat (ESO) yang berat. Jika sudah memasuki kondisi ini, langkah yang harus segera diambil adalah mencari bantuan medis agar dapat dilakukan penanganan secara tepat dan cepat.
Cara Mengatasi Efek Samping Obat
Penting bagi Anda untuk memahami potensi kondisi ESO terhadap obat yang Anda konsumsi dan cara mengatasinya. Berikut ini cara mengatasi kondisi ESO sesuai dengan tingkat keparahannya masing-masing:
1. Langkah Pertolongan Pertama untuk Efek Samping Ringan
Pertama, Anda harus menghentikan konsumsi obat untuk mengetahui riwayat kondisi ESO. Lalu, Anda dapat menginformasikan obat yang dikonsumsi dan gunakan obat sesuai dosis. Biasanya, Anda tunggu reaksi 1×24 jam apakah kondisi ESO menjadi ringan. Baca artikel 4 Cara Minum Obat Kapsul yang Mudah dan Ampuh.
2. Kapan Harus Menghubungi Dokter?
Apabila kondisi ESO semakin parah, apalagi terus berulang-ulang setelah konsumsi obat. Anda harus menghubungi tenaga kesehatan segera mungkin. Terlebih jika Anda sudah mengalami reaksi parah seperti mual, pingsan, hilang selera makan, pembengkakan tangan atau kaki.
Klasifikasi Efek Samping Obat
Berdasarkan klasifikasinya, efek samping mengonsumsi obat dapat dilihat dari dua hal yaitu berdasarkan tingkat keparahan dan tipe reaksinya.
1. Berdasarkan Tingkat Keparahan
Berdasarkan tingkat keparahan, efek samping mengonsumsi obat ini dapat dimulai dari yang paling ringan hingga yang bisa mengancam jiwa.
Beberapa efek samping tersebut dapat berupa gatal, ruam, mual, muntah, sakit kepala, jantung berdebar, penyakit hati, gagal jantung, penyakit paru-paru, dan lain sebagainya.
2. Berdasarkan Tipe Reaksi (A, B, C)
Berdasarkan tipe reaksinya, efek samping ketika mengonsumsi obat terbagi menjadi tiga seperti berikut ini:
-
Tipe A
Ini adalah tipe yang paling umum karena cenderung mudah dikenali.
Efek tipe ini biasanya akan langsung muncul ketika obat dikonsumsi dalam dosis biasa sehingga yang paling cocok untuk tangani hal ini adalah mengurangi dosis, bukan menambahnya.
-
Tipe B
Tipe ini biasanya jarang terjadi dan cukup susah untuk dikenali. Dosis pun tidak berpengaruh dalam tipe ini sehingga ketika mengalaminya, Anda cukup berhenti mengonsumsi jenis obat tersebut.
-
Tipe C
Tipe ini adalah yang susah dikenali sebab efeknya biasa baru terlihat saat penggunaan jangka panjang.
Oleh itu, bisa jadi efek ini baru terjadi ketika penggunaan obat sudah dihentikan. Resiko yang terjadi pun bisa kronis sehingga butuh terapi lebih lanjut.
Profil Keamanan dan Resiko Obat
Profil keamanan dan resiko dalam mengonsumsi obat biasanya dapat ditemukan di bagian packaging dari obat tersebut. Biasanya, di sana akan berisi potensi efek yang mungkin terjadi.
Karena hanya sebagian, maka potensi lainnya yang tidak tercatat di sana juga bisa terjadi. Untuk hal ini, biasanya diperlukan juga peran uji klinik dan praklinik dalam pengembangan obat.
1. Potensi Efek Samping Semua Obat
Dalam mengonsumsi obat, semuanya pasti memiliki potensi efek samping, mulai dari yang umum hingga yang khusus (hanya terjadi ketika obat tertentu dikonsumsi).
Berdasarkan hal tersebut, ada dua faktor yang menentukannya, yakni faktor genetik dari pasien itu sendiri dan faktor sifat dari kandungan obat di dalamnya.
Dari faktor tersebut, bisa dipahami juga bahwa efek samping yang terjadi ada dua kategori yaitu efek yang bisa diperkirakan dan efek yang tidak bisa diperkirakan oleh dokter.
2. Peran Uji Klinik dan Praklinik
Uji klinik dan praklinik adalah cara pengujian di mana hewan lalu manusia tertentu akan dijadikan objek untuk menguji obat yang sedang dikembangkan.
Dimulai dari uji praklinik, hewan yang dijadikan objek akan diberikan obat untuk menguji toksisitasnya yang mana toksisitas ini terbagi menjadi tiga yakni uji toksisitas akut, subkronik, dan kronik.
Dilanjutkan dengan uji klinik yang mana manusia sebagai objeknya, akan ada 4 fase sesuai masa waktu, yakni fase 1 (1-1,5 tahun), fase 2 (1-2,5 tahun), fase 3 (3-6 tahun), dan fase 4 (2-3 tahun, ditambah 1-2 tahun).
Itu dia hal bermanfaat seputar efek samping obat yang bisa diketahui. Ikuti terus informasi dan tips kesehatan lainnya, seperti cara minum obat kapsul yang mudah lewat website menarik Mandira. Halaman prinsipal serta kontak kami juga mudah ditemukan dan diakses.