Dispensing, atau cara penyiapan obat, menjadi istilah yang akrab ditemukan dalam pelayanan kefarmasian. Istilah tersebut berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab apoteker dalam melayani pasien. Lebih tepatnya, pelayanan terhadap pengajuan resep dokter oleh pasien dari awal hingga penyerahan obat.
Seorang apoteker perlu memahami bagaimana melakukan penyiapan obat yang baik dan benar. Tujuannya, agar obat bisa disiapkan sesuai resep dan terhindar dari risiko kesalahan. Untuk memahami tentang penyiapan obat lebih jelas, ikuti pembahasan berikut ini! Anda juga dapat mengetahui terkait Peran Penting Apoteker di Distributor Obat-obatan Farmasi. Kemudian jika membutuhkan obat-obatan atau suplemen, Anda dapat memperolehnya dari Mandira, salah satu distributor obat terpercaya di Indonesia.
Apa itu Dispensing?
Penyiapan obat merupakan rangkaian tugas apoteker yang dimulai dari penerimaan resep sampai dengan penyerahan obat ke pasien. Penyiapan obat termasuk dalam aktivitas pelayanan farmasi di apotek yang direkomendasikan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.73 Tahun 2016.
Lingkup pekerjaan apoteker ketika melakukan penyiapan obat cukup panjang. Mulai dari persiapan, lalu penghitungan obat sesuai resep, pengambilan obat berdasarkan kebutuhan, kemudian meracik obat, memberikan etiket obat, serta memasukkan obat ke wadah.
Setelah itu, apoteker perlu memeriksa ulang obat untuk melihat kesesuaian nama, kondisi fisik obat, hingga tanggal kedaluwarsa. Apoteker pun melengkapi tahap penyiapan obat dengan memberikan informasi obat secara lengkap kepada pasien. Informasi yang dimaksud mulai dari manfaat, penggunaannya, hingga cara menyimpan obat.
Cara Melakukan Dispensing yang Baik
Apoteker perlu melakukan penyiapan dengan baik untuk memastikan pasien menerima obat yang benar dan sesuai. Cara penyiapan yang direkomendasikan adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan Obat Menyesuaikan Kebutuhan
Pelayanan obat untuk pasien yang datang ke apotek terdiri dari pelayanan resep dan non-resep. Untuk pelayanan resep, apoteker perlu menyesuaikan dengan resep dokter yang umumnya meresepkan obat keras.
Sedangkan, pelayanan non-resep berkaitan dengan obat golongan bebas, bebas terbatas, lalu obat wajib apotek, hingga pelayanan swamedikasi. Adapun tahap awal ini memerlukan apoteker melakukan hal di bawah ini:
- Menghitung obat agar sesuai dengan kebutuhan pasien atau jumlah obat di resep
- Mengambil obat di rak penyimpanan dan melihat informasi nama, keadaan fisik, dan tanggal kedaluwarsa obat
- Melakukan pencatatan di kartu stok obat
2. Meracik Obat Ketika Diperlukan
Ketika diperlukan, apoteker harus meracik beberapa bahan untuk menjadi obat. Contoh obat racikan yaitu puyer, sirup dan juga krim racikan.
Faktor yang perlu apoteker perhatikan ketika meracik obat adalah stabilitas obat, lalu desain pelepasan, hingga inkompatibilitas obat. Peracikan dilakukan dengan alat racik bersih sesuai SOP.
3. Menempatkan Obat ke Wadah dan Memberi Etiket
Untuk menjaga kualitas obat, maka obat tersebut perlu dimasukkan ke wadah terpisah. Pengemasan obat non racikan akan menggunakan kemasan asli dari manufaktur.
Lalu, pemberian etiket berisi nama obat, informasi tanggal, lalu kegunaan obat, aturan pakai, hingga nama pasien. Keterangan cara penggunaan, seperti “kocok dahulu”, juga dilakukan ketika pemberian etiket.
4. Memeriksa Obat
Tahap pemeriksaan pada rangkaian dispensing diperlukan untuk melihat kesesuaian ketepatan informasi pasien. Mulai dari nama pasien hingga penulisan etiket jadi yang perlu diperiksa.
5. Mengonfirmasi Identitas Pasien
Kemudian, apoteker mengonfirmasi identitas pasien dengan memanggil pasien berdasarkan nama atau nomor urut. Konfirmasi ini untuk memastikan bahwa informasi pasien telah benar.
6. Memberikan dan Menjelaskan Obat
Apoteker pun lalu melanjutkan dengan memberikan obat sekaligus menjelaskan informasi tentang obatnya.
Perlu penerapan konsep 5 Tepat, yakni Tepat Pasien, Tepat Obat, Tepat Dosis, Tepat Waktu Pemberian, hingga Tepat Rute ketika menjelaskan obat kepada pasien.
Informasi harus jelas dan juga tidak bias. Aspek seperti cara pakai obat hingga lama penggunaan obat adalah contoh informasi yang dijelaskan apoteker ke pasien. Namun, bila pasien membutuhkan konseling, maka apoteker pun segera membawanya ke ruang konseling.
7. Mencatat Data dan Pengobatan Pasien
Sebagai dokumentasi untuk pemeriksaan susulan dan monitor efek obat pada pasien, maka apoteker perlu mencatat data pasien dengan lengkap.
Untuk catatan mengenai pengobatan pasien, utamakan pasien dengan prioritas pelayanan pemantauan terapi obat dan juga konseling.
Hal yang Perlu Diperhatikan saat Melakukan Dispensing
Untuk memastikan penyiapan obat berjalan baik, apoteker perlu memperhatikan berbagai hal berikut ini:
- Apotek memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang penyiapan
- Personel yang melakukan penyiapan obat telah paham SOP dan terlatih dengan baik
- Personel perlu menjaga kebersihan diri, terutama mengenai pakaian bersih
- Apotek memiliki ruang sarana yang terjaga kebersihannya, dengan alat kebersihan dan juga jadwal pembersihan
- Apotek memiliki prasarana memadai, seperti alat racik yang terkalibrasi dan higienis
- Apotek memiliki buku standar atau referensi yang relevan
- Personel melakukan skrining resep (mengkaji administratif, farmasetik, hingga pertimbangan klinis) dengan baik sebelum penyiapan
Demikian cara melakukan dispensing yang baik serta berbagai hal yang perlu diperhatikan ketika penyiapan obat. Inti dari rangkaian tersebut memastikan bahwa apoteker bertanggung jawab atas hak pasien untuk mendapatkan obat yang benar dan sesuai resep.
Jika Anda seorang apoteker atau bukan dan berencana membuka bisnis apotek, Anda dapat mengikuti Tips Membuka Bisnis Apotek ini sebagai referensi sebelum memulai bisnis apotek.Kemudian Anda juga dapat membeli atau mendapatkan obat-obatan tertentu dari Mandira, distributor obat-obatan resmi dan original. Daftar rincinya dapat ditemukan di halaman prinsipal kami. Anda juga bisa memperoleh informasi lanjutan dengan menghubungi kami di sini dan membaca lebih banyak tentang tips kesehatan dan obat-obatan di sini.